Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Samarinda
Pemerintah Kota Samarinda

BPBD

Ke atas

1.1    Gambaran Umum Kota Samarinda

 

1.1.1        Aspek Geografi dan Demografi

Kota  Samarinda merupakan Ibu Kota Provinsi Kalimantan Timur yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Kutai Kartanegara. Kota Samarinda Secara Astronomis terletak pada posisi antara 117003’00” – 117018’14” Bujur Timur dan 00019’02” – 00042’34” Lintang Selatan dengan luas wilayah adalah 718 km2 beerdasarkan peraturan pemerintah No. 21 tahun 1987 tentang Penetapan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Samarinda.

Sungai-sungai yang melintas di Kota Samarinda memiliki pengaruh yang cukup besar pada perkembangan kota. Sebagai salah satu pusat perekonomian regional terpenting di Kalimantan Timur, Kota Samarinda memiliki posisi dan kedudukan strategis bagi berbagai kegiatan industry, perdagangan dan jasa, serta pemukiman yang berwawasan lingkungan dan Hijau.

Adanya Sungai Mahakam yang membelah di tengah Kota menjadikan kota ini sebagai gerbang menuju pedalaman Kalimantan timur, luas Wilayah Kota samarinda adalah 718 Km2 yang terbagi secara administrative semula 6 kecamatan kini menjadi 10 kecamatan berdasarkan Perda No. 02 tahun 2010 tentang pembentukan Kecamatan Sambutan, Samarinda Kota, Sungai Pinang, dan Kecamatan Loa Janan Ilir dengan terdiri atas 59 kelurahan. Adapun batas administrasi Kota Samarinda adalah sebagai berikut :

Ø                 Sebelah Utara            :            Kec. Muara Badak (Kutai Kartanegara)

Ø                 Sebelah Timur           :            Kec. Anggana dan Sanga-sanga (Kutai Kartanegara)

Ø                 Sebelah Selatan                   Kec. Loa Janan (Kutai Kartanegara)

Ø                 Sebelah Barat            :            Kec. Muara Badak dan Tenggarong seberang (Kutai Kartanegara)

 

 

Gambar 1.1

Peta administrasi Kota Samarinda

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber: Album peta RTRW Kota Samarinda Tahun 2013-2033

 

Tabel 1.1.

Luas Wilayah Kecamatan

N0

KECAMATAN

LUAS (Km2)

TERHADAP LUAS KOTA (%)

JUMLAH KELURAHAN

1

Samarinda Ilir

17,18

2.39

5

2

Samarinda Utara

229,50

31.97

5

3

Samarinda Ulu

22.15

3.08

8

4

Sungai Kunjang

43,04

5.99

7

5

Samarinda Seberang

12,49

1.74

6

6

Palaran

221,28

30.82

5

7

Samarinda Kota

11,12

1.55

5

8

Loa Janan Ilir

26,13

3.64

5

9

Sungai Pinang

34,16

4.76

5

10

Sambutan

100,95

14.06

5

 

Jumlah

718,00

100,00

53

        Sumber RPJPD 2005-2025

1.1.2        Topografi

 

Berdasarkan karakteristik topografinya, Kota Samarinda didominasi oleh kemiringan lahan yang cukup datar dimana 27,39 % berada pada kemiringan kurang dari 2 % dan seluas 25,47% berada pada kemiringan 2-15 %. Sedangkan dari sisi klasifikasi keddalaman tanah, sebagian besar luas wilayah Kota Samarinda menunjukan kelas kedalaman tanah mencapai lebih dari 90cm yakni seluas 39.833 Ha atau 55,48 %.

 

Tabel 1.2.

Kemiringan lahan Kota Samarinda

 

No

Kemiringan (%)

Luas (Ha)

Persentase (%)

1

0-2

25.987

36.19

2

3-14

18.275

25.45

3

15-39

17.860

24.88

4

40-59

7.205

10.04

5

> 60

2.473

3.44

 

Jumlah

71.800

100.00

     

 

1.1.3        Kondisi Geologi

Sesuai dengan kondisi iklim di Kota Samarinda yang tergolong dalam tipe iklim tropika humida, maka jenis-jenis tanah yang terdapat di daerah inipun tergolong ke dalam tanah yang bereaksi masam.

Jenis-jenis tanah yang terdapat di Kota Samarinda, menurut Soil Taxanomy USDA tergolong kedalam jenis tanah: Ultisol, Entisol, Histosol, Inceptiols dan Mollisol atau bila menurut Lembaga Penelitian Tanah Bogor terdiri dari jenis tanah: Podsolik, Alluvial, Organosol. Ciri dan sifat tanah-tanah Podsolik (Ultisol) biasanya ditandai dengan:

1).         Pencucian yang intensif terhadap basa-basa, sehingga tanah bereaksi masam dan  dengan kejenuhan basa yang rendah.

2).         Karena suhu yang cukup tinggi dan pencucian yang berlangsung terus menerus mengakibatkan pelapukan terhadap mineral liat sekunder dan oksida-oksidanya.

3).         Terjadi pencucian liat di lapisan atas (eluviasi) dan penimbunan liat di lapisan bawahnya (illuviasi).

Tanah Podsolik (Ultisol) merupakan jenis tanah yang arealnya terluas di Kota Samarinda dan masih tersedia untuk dikembangkan sebagai daerah pertanian.Persediaan air di daerah ini umumnya cukup tersedia dari curah hujan yang tinggi. Penggunaan tanah dari jenis tanah ini sebagai daerah pertanian, biasanya memungkinkan produksi yang baik pada beberapa tahun pertama selama unsur-unsur hara dipermukaan belum habis melalui proses biocycle. Pada dasarnya jenis-jenis tanah di Kota Samarinda (menurut Lembaga Penelitian Tanah Bogor dan Padanannya menurut Soil Taxanomy) terdiri dari Podsolik (Ultisol), Alluvial (Entisol), Gleisol (Entisol), Organosol (Histosol) dan Lithosol (Entisol).

Luas jenis tanah dan penyebarannya di Kota Samarinda dapat disajikan pada tabel 1.3. berikut ini:

Tabel 1.3.

Luas dan Jenis Tanah

No

Jenis Tanah

Luas (Ha)

%

1

Alluvial

3.755

5,23

2

Gambut

17.720

24,68

3

Asosiasi Podsolik/Listeset

8.990

12,52

4

Podsolik

41.331

57,57

5

Lain-Lain

3.755

5,23

 

Jumlah

71.800

100.00

                                   

1.1.4        Fisiografi

Ditinjau dari fisiografinya, wilayah Kota Samarinda dapat dikelompokkan dalam 7 (tujuh) deskripsi masing-masing satuan fisiografi tersebut adalah sebagai berikut :

1.    Daerah Patahan (daerah dimana terjadi patahan ) yakni patahan menurun dan kasar, dengan permukaan yg besar dengan kemiringan tanah sangat bervariasi

2.    Daerah rawa pasang surut (tidal swamp) yaitu daerah dataran rendah ditepi pantai yang selalu dipengaruhi pasang surut air laut dan ditumbuhi hutan mangrove dan nipah, bentuk wilayah datar dengan variasi lereng kurang dari 2 % dan perbedaan tinggi kurang dari 2 meter.

3.    Daerah dataran alluvial (alluvial plain) yaitu daerah dataran yang terbentuk dengan proses pengendapan, baik didaerah muara maupun daerah pedalaman.

4.    Daerah berombak/bergelombang yakni daerah dengan konfigurasi medan berat ditandai dengan penyebaran daerah perbukitan 8,15%

5.    Daerah dataran (plain) yaitu daerah endapan, dataran karst, dataran vulkanik, dataran batuan beku (metamorf) masam, dataran basalt dengan bentuk wilayah bergelombang sampai berbukit, variasi lereng 2 sampai 15,94% dengan beda ketinggian kurang dari 50 meter.

6.    Daerah berbukit (hill) yaitu daerah bukit endapan dan ultra basa, sistem punggung sedimen, metamorf dan kerucut vulkanik yang terpotong dengan pola drainase radial. Bentuk wilayah bergelombang sampai agak bergunung, variasi lereng 16 sampai 60 %, dan beda ketinggian antara 50 sampai 150 meter.

7.    Daerah Sungai (River). Daerah ini berfungsi sebagai daerah reterdam, daerah pengendali atau waterponds.

Penyebaran dan luas masing-masing satuan fisiografi di wilayah Kota Samarinda disajikan pada table 1.4. berikut:

 

Tabel 1.4.

Luas Satuan Fisiografi

No

Satuan Fisiografi

Luas (Ha)

%

1

Lembah Aluvial

9.479

13,20

2

Daerah Daratan

10.524

14,66

3

Daratan Berombak

9.636

13,42

4

Daratan Bergelombang

1.527

2,13

5

Daerah Patahan

29.536

41,12

6

Daerah Berbukit

634

0,88

7

Lain-lain

10.474

14,59

 

Jumlah

71.800

100,00

              

 

1.1.5        Kondisi iklim

Menurut data dari BMKG Samarinda, Kota Samarinda memiliki suhu minimum berkisar antara 23,90C dan suhu maksimum berkisar 32,70 pada tahun 2013. Selain itu, kelembapan udara terendah rata-rata berada pada angka 82 % dan kelembapan udara tertinggi sekitar 84 %. Kota Samarinda memiliki iklim tropis serta terjadi hujan sepanjang tahun dengan rata-rata curah hujan 237,8 mm/th, rata-rata penyinaran matahari sebesar 39 % dan rata-rata jumlah hari hujan perbulan sebanyak 22 hari hujan.

 

1.1.6        Wilayah Rawan Bencana

Sebagai daerah rawan bencana, berdasarkan Indeks Rawan Bencana Indonesia (BNPB, 2011) Kota Samarinda menempati peringkat 1 dari 14 Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Timur dengan skor 94 dan termasuk kelas kerawanan tinggi. Kota Samarinda memiliki sejarah kebencanaan yang cukup kompleks. Tercatat sebanyak 6 jenis bencana pernah terjadi di Kota Samarinda dimana bencana banjir, kebakaran hutan dan lahan merupakan bencana dengan tingkat frekuensi paling tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.5 berikut :

 

Tabel 1.5

Jumlah Kejadian Bencana

KEJADIAN

JUMLAH KEJADIAN

MENINGGAL

LUKA LUKA

MENDERITA

MENGUNGSI

RUMAH RUSAK BERAT

RMAH RUSAK RINGAN

BANJIR

21

7

243

139.592

15.480

2000

41

KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

22

-

-

-

4

 

 

KEKERINGAN

2

-

-

-

-

 

 

KONFLIK SOSIAL

1

-

-

-

156

 

 

CUACA EKSTRIM

4

-

3

597

-

11

61

TANAH LONGSOR

3

-

-

122

-

23

7

JUMLAH

53

7

246

140.311

15.640

2.034

109

Sumber: Data & Informasi Bencana Indonesia (DIBI) Tahun 2017

Berdasarkan tabel di atas total seluruh kejadian bencana yang tercatat di Kota Samarinda dari data DIBI Tahun 2012 adalah 53 kejadian, dengan korban meninggal sebanyak 7 orang, luka-luka sebanyak 246 orang, dan mengungsi sebanyak 15.640 orang. Kejadian tersebut juga mengakibatkan 2.034 rumah rusak berat dan 109 rumah rusak ringan.

Data kejadian bencana menunjukan perubahan setiap tahunnya. Kecenderungan kejadian bencana kota Samarinda dalam rentang waktu 2000-2011 yaitu :

1.      Bencana banjir terlihat cenderung meningkat.

2.      Bencana kebakaran hutan dan lahan cenderung meningkat.

3.      Bencana cuaca ekstrim (Puting Beliung)cenderung tetap.

4.      Bencana kekeringan cenderung tetap.

5.      Bencana tanah longsor dan konflik social cenderung tetap.

Secara keseluruhan kejadian bencana banjir merupakan bencana dengan frekuensi dan dampak tertinggi di Kota Samarinda dan cenderung untuk mengalami peningkatan hingga tahun 2011. Persentase kejadian bencana dalam 3 tahun terakhir dapat dilihat pada gambar 1.2

Gambar 1.2

Kecenderungan Kejadian Bencana Di Kota Samarinda Tahun 2000-2011

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber : Dokumen Rencana Penanggulangan Bencana 2014-2018 Kota Samarinda

Tidak Tersedia dalam mode landscape